Kamis, 24 November 2011

Penangkapan ikan Ghost Fishing


Ghost fishing sebenarnya bukanlah suatu jenis alat tangkap, atau bukan pula metoda penangkapan ikan yang memanfaatkan ilmu ghaib, seperti magic atau ilmu-ilmu sebangsanya dalam penangkapan ikan. Ghost fishing adalah suatu istilah dalam penangkapan ikan yang menggambarkan dampak negatif dari kegiatan penangkapan ikan. Layaknya istilah-istilah lain yang bertalian dengan “ghost”, istilah ghost fishing ini juga bermakna menakutkan, menakutkan bagi kelestarian sumberdaya ikan.
Sejak permintaan dunia akan sumber protein hewani khususnya ikan meningkat, upaya untuk meningkatkan kemampuan tangkap alat penangkapan ikan terus diupayakan, baik dari sisi teknologi bahan alat penangkapan ikan, metode penangkapan ikan, maupun teknologi alat bantu penangkapan ikannya. Kompetisi yang makin tinggi antar nelayan penangkap ikan mendorong nelayan untuk mengoperasikan alat tangkap yang lebih efektif dan efisien. Untuk memperpanjang masa pengoperasian alat tangkap, bahan alat tangkap yang semula dibuat dari bahan alami dan mudah rusak diganti dengan bahan yang dibuat dari fiber sintetik modern yang bersifat non-biodegradable. Bahan-bahan inilah yang kemudian memicu adanya gost fishing.
Dalam kegiatan penengkapan ikan, karena beberapa sebab, tidak jarang nelayan kehilangan alat tangkapnya. Nelayan yang mengoperasikan alat tangkap di pantai, seperti jaring gillnettrammel net atau bubu yang dioperasikan secara menetap hilang karena disapu oleh alat tangkap aktif seperti trawldogol, dan sebagainya. Alat tangkap juga bisa hilang karena faktor cuaca. Tidak jarang pula alat tangkap hilang karena unsur kesengajaan, misalnya dipotong oleh kapal niaga yang melintas jalur laut tersebut atau dipotong nelayan lain karena mengganggu daerah operasi penangkapannya. Potongan atau bagian jaring, atau alat tangkap yang tertinggal di laut, secara terus menerus akan menangkap ikan. Proses tertangkapnya ikan yang tak termanfaatkan sebagai akibat dari tertinggalnya alat tangkap ikan di laut inilah yang disebut sebagai ghost fishing
Alat tangkap yang tertinggal di laut akan menyebabkan tertangkapnya ikan, yang kemudian karena mati, ikan menjadi busuk. Ikan yang telah membusuk tersebut kemudian menarik ikan atau biota pemangsa bangkai dan krustasea lainnya berkumpul di sekitarnya. Selanjutnya, kehadiran ikan dan krustasea pemangsa bangkai di sekitar alat tangkap, menarik ikan yang tropik levelnya lebih tinggi untuk datang dan memangsa ikan dan biota yang ada. Kecelakaan terjadi, beberapa ikan terperangkap alat tangkap yang tertinggal dan memicu siklus ghost fishing selanjutnya, demikian seterusnya. Proses ini akan berulang terus sampai alat tangkap itu hancur sama sekali. Umur dari siklus ghost fishing ini bervariasi, dan sangat bergantung pada kondisi lingkungan di sekitar tertinggalnya alat tangkap tersebut. 
Perhatian yang lebih besar dari ghost fishing perlu diberikan kepada bubu atau alat perangkap lainnya, bukan pada alat tangkap jaring, seperti gillnetatau trammelnet. Hal ini karena, bubu atau perangkap biasanya terbangun atas material atau bahan-bahan yang tahan lama dan struktur yang kuat, misalnya besi, kawat, bambu atau kayu. Sehingga bila tertinggal atau hilang di laut akan menyebabkan proses ghost fishing yang relatif lebih lama dibandingkan jaring. Bubu atau perangkap yang masih berumpan bila hilang atau tertinggal di laut, akan menarik ikan ikan-ikan pemangsa bangkai atau biota yang bernilai ekonomis lainnya untuk masuk dan kemudian terperangkap di dalam bubu. Ikan atau biota yang terperangkap tersebut karena kekurangan makanan dan ruang akhirnya mati, dan menjadikannya umpan bagi ikan pemangsa selanjutnya. Bila bahan dari bubu ini merupakan bahan yang tidak mudah rusak, maka proses hilangnya sumberdaya ikan akibat ghost fishing ini akan semakin banyak dan lebih merugikan dibanding jaring. 
Nilai dan jenis dampak dari ghost fishing sangat beragam, tergantung pada wilayah dan jenis perikanannya. Meskipun relatif sulit untuk menghitung nilai dampak dari ghost fishing, beberapa penelitian terhadap alat tangkap statis menunjukkan bahwa kehilangan akibat ghost fishingdiperkirakan sebesar 10% dari populasi yang ada. Amerika Serikat memperkirakan kehilangan pendapatan sekitar $250 juta per tahun dari hilangnya lobster akibat dari ghost fishing. Dilaporkan juga bahwa, jenis kerugian dari ghost fishing ini bukan saja dari hilangnya sumberdaya ikan, tetapi juga dialami oleh sumberdaya non-ikan seperti burung laut dan mamalia. Yang tak kalah pentingnya, hilangnya alat tangkap di laut ternyata juga berdampak luas terhadap ekologi laut dan juga transportasi laut khususnya keselamatan kapal di laut.
Mengingat begitu menakutkannya dampak dari ghost fishing, maka FAO merekomendasikan beberapa langkah antisipasi dan penanganan hilangnya alat tangkap termasuk di dalamnya ghost fishing dalam FAO Code of Conduct of Responsible Fisheries. Sebagai solusi kongkret, disarankan alat penangkapan ikan, khususnya bubu untuk menggunakan lubang keluar dan menggunakan material yang biodegradable. Penelitian secara berkala ghost fishing dengan underwater camera atau teknologi lainnya juga disarankan, untuk mengantisipasi peningkatan dampaknya pada masa yang akan datang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar